Thursday, June 6, 2013

#S4Fanfiction ~ Butterfly Part 1 ~

Author : bbybrth


 This is the story :


Suasana di salah satu ruang kelas Amethyst High School terlihat cukup ramai oleh senda gurau para murid yang mengisi ruang kelas itu. Kegiatan mereka terhenti ketika ketika seorang guru memasuki kelas diikuti seorang perempuan yang menggunakan seragam sama dengan mayoritas orang-orang di dalam kelas.

“Morning, Class.” Sapaan tegas tersebut memulai percakapan awal pelajaran semester baru pada pagi hari itu.
“Morning, Maam.” Jawab murid-murid serempak yang kini sudah duduk rapi di kursi masing-masing.
“We got a new friend here. And please, miss, introduce yourself to your new classmates. In English, please? English lesson is starting right now.”
“Allright. My name is Annabel. And call me whatever you want.”
Perkenalan singkat perempuan yang terkesan cuek itu membuahkan bisikan-bisikan kaget para murid kelas 2-2 itu.
Seolah tak memperdulikan bisikan murid-muridnya, guru berumur awal 30an itu menyuruh Annabel duduk di kursi kosong yang tersedia. Tersisa 3 kursi kosong, dan Annabel memilih kursi paling belakang di sebelah pojok kanan.
Ia berjalan santai menuju tempatnya, tak mengindahkan tatapan-tatapan penasaran yang ditujukan padanya.
Kegiatan belajar Bahasa Inggris yang sudah berlangsung sekitar 20 menit terinterupsi oleh bunyi pintu kelas yang terbuka.
“24 minutes, Arthur.” Ucap guru itu menyalak galak.
“Sorry, Mrs. Evina.” Ucap laki-laki yang baru memasuki kelas itu dengan tampang sama sekali tidak merasa bersalah.
“Oh, please.” Guru itu mendelikkan matanya.
Laki-laki yang dipanggil Arthur tadi berjalan tenang menuju tempat duduknya, di pojok kanan belakang. Ya, tempat yang Annabel tempati. “Hey, minggir.” Usir Arthur dengan nada memerintah.
Annabel hanya melirik sekilas kepada Arthur, lalu kembali menekuni novel yang sedari tadi dibacanya.
“Kau tuli? Ini kursi milikku.” Salak Arthur dingin yang tetap tidak dihiraukan oleh Annabel.
Merasa diabaikan, Arthur mengambil paksa novel yang sedang Annabel baca. Annabel mendongak, melepas sesuatu yang menyumbat telinganya, lalu menatap Arthur.
“Kau berbicara padaku?” Tanya Annabel tenang.
Arthur mendengus, “Aku tak suka mengulang. Tapi karena headset sialanmu itu, baiklah, kali ini aku akan berbaik hati untukmu, Nona……”
Arthur membuka halaman pertama novel yang ada di tangannya. “Annabel.” Lanjutnya.
“Kursi yang kau tempati itu milikku, jadi silahkan menyingkir dari situ, dan pindah ke tempat lain, Nona Annabel yang terhormat.”
“Milikmu? Hah. Aku bahkan membayar jumlah yang sama denganmu untuk sekolah disini.” Jawab Annabel tetap tenang.
Arthur terdiam.
“Ada 2 kursi kosong tersisa. Silahkan duduk disebelahku, atau duduk disebelah nona yang di depan sana. Dan, tuan, aku harap kau membuat keputusan yang bijaksana.” Annabel melanjutkan dengan datar.
“Kau rupanya tak tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Aku adalah pewaris tunggal…”
“Lalu? Aku sama sekali tidak peduli sedang berhadapan dengan siapa saat ini. Yang aku pedulikan saat ini adalah novelku, cepat kembalikan novel milikku, dan tutup mulutmu lalu silahkan duduk di kursi yang kau pilih dengan segera.” Potong Annabel panjang lebar.
Arthur menatap Annabel jengkel. Ia meletakkan –sedikit membanting- novel milik Annabel lalu berbalik tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia kemudian duduk di sebelah seorang perempuan yang hanya melongo dan menatap Arthur tanpa berkedip.
“You’re cool.” Sebuah suara mengalihkan fokus Annabel pada seorang laki-laki yang duduk tepat dihadapannya.
“I’m Jeje by the way.” Ucapnya sambil tersenyum manis. Tanpa menunggu respon apapun laki-laki itu berbalik dan kembali fokus pada bukunya.
-Butterfly Part 1-



Kedatangan 4 laki-laki di kantin sekolah itu nyatanya hampir menyedot seluruh perhatian murud-murid yang berada disana, terutama para gadis. Ke-empat-nya seolah tak mempedulikan tatapan-tatapan kagum yang ditujukan kepada mereka. Mereka berjalan kearah meja kosong yang sepertinya memang dikosongkan khusus untuk mereka. Karena saat itu keadaan kantin sangat penuh, tetapi sama sekali tidak ada yang menyentuh meja tersebut.
“Waah, aku tak percaya Arthur diabaikan seorang gadis.” Ucap Firly setengah menggoda.
“Itu fakta, aku saksinya.” Respon Jeje pada Firly.
“Apakah Kak Arthur tidak lagi terlihat tampan?” Ujar Alif polos.
Firly dan Jeje tergelak dengan pemikiran polos Alif.
“Diam.” Bentak Arthur sadis. Bukannya terdiam, mereka malah tertawa semakin keras.
-Butterfly Part 1-

Keesokan paginya, Annabel datang tepat pada saat bel masuk berdering. Ia langsung terduduk lemas di tempatnya, bahkan mengabaikan Jeje yang menyapanya. Tidak berselang lama, ia mendongak ke samping dan menatap Arthur yang sudah duduk di sampingnya.
“Dia berisik. Dan kurasa akan lebih bijaksana jika tidurku tak terganggu.” Arthur menjawab tanpa ditanya.
Annabel hanya menatap Arthur datar lalu kembali mengabaikannya.
-Butterfly Part 1-

Annabel terduduk dibawah pohon rindang di sebuah taman sepi dekat sekolah sambil melihat hasil foto yang baru saja ia ambil oleh kamera LSR miliknya.
Ia tersenyum ketika mendapati sebuah foto kupu-kupu dengan latar bunga mawar berwarna merah.
“Tidak menjawab sapaanku, dan malah tersenyum pada kamera? Ahh, aku merasa terabaikan.”
Annabel mendongak dan melihat seorang laki-laki memakai seragam yang sama dengan dirinya tengah tersenyum kepadanya. Wajahnya tampak familiar bagi Annabel.
“Annabel, rite?” Sambung laki-laki itu seraya duduk dihadapan Annabel.
“Yes. And your name is….” Annabel mengernyitkan dahinya.
“What’s in a name? A rose by any other name would smell as sweet.” Jawab lelaki itu masih dengan senyumnya.
“William Shakespare’s on Romeo dan Juliet! Wow!” Annabel mulai tertarik.
“Jeje, please.”
“Seems like I’ve heard it before.”
“We’re in the same class, actually.”
“Oh, really? And what are you doin’ here, Jeje?”
Perbincangan ringan pun terjadi antara keduanya. Bahkan tak jarang diselingi tawa. Layaknya sahabat lama yang baru bertemu, mereka terlihat sangat menikmati perbincangan itu. Seperti tak pernah kehabisan topik, perbincangan mereka mengalir begitu saja. Hingga matahari hampir terbenam, mereka baru menyudahi obrolan panjang mereka untuk pulang ke rumah masing-masing.
-Butterfly Part 1-

Pagi selanjutnya tak ada yang berbeda. Annabel tetap datang tepat pada saat bel masuk berbunyi. Hanya saja kali ini, Annabel menjawab sapaan yang dilontarkan Jeje padanya.
“Anna!”
“Oh, Bart!”
“Bart? Penyair?” Tanya Jeje sambil memiringkan kepala.
“Mmm!” Annabel mengangguk antusias.
“Wait a sec. Is it from ‘The Bart’?”
“You’re right.”
“Keep it, Anna. I love that name!” Seru Jeje heboh.
Arthur yang baru datang hanya mengerutkan dahi melihat keakraban yang sudah terjalin diantara Annabel dan Jeje.
‘You love it, Je? Bart? Oh c’mon. It’s like Bart-ender. For God Sake.’ Batin Arthur sambil bergidik.
-Butterfly Part 1-

Pada jam istirahat, Firly langsung menuju lapangan basket yang kini disekelilingnya dipenuhi oleh murid-murid yang mayoritas adalah perempuan. Ia mengernyitkan alis. Ia mendekati lapangan dan melihat Arthur sedang duduk dan menonton Jeje dan seorang perempuan bermain basket.
‘Pantas saja.’ Batin Firly. Kemudian ia tersadar. Ia membelalakan matanya. ‘Seorang perempuan?’
Ia melambai memanggil Jeje untuk datang mendekatinya. Jeje yang saat itu sedang mendribble bola basket sontak berhenti dan melemparkannya pada perempuan yang tengah bermain dengannya tadi.Dengan tanggap, perempuan itu menangkap bolanya, lalu dilanjutkan dengan mendribble bola menuju posisi untuk menembakkan bola basket pada ring, dan……Shoot!
Three point shoot!
‘Cool’ batin Firly.
Firly tersadar oleh lambaian tangan Jeje di depan mukanya.
“She’s Cool.” Komentar Firly.
“Memang. Dia sangat hebat. Aku hampir kalah, kau tahu?” Dukung Jeje.
Jeje melambaikan tangan memanggil Annabel agar mendekat. Sekali lagi Annabel menembakkan bola kearah ring, dan lagi-lagi masuk. Annabel berjalan mendekat dengan santai.
Sekitar 3 meter di depan Firly, Langkah Annabel mendadak terhenti. Ia terpaku.
Hal serupa juga di alami oleh Firly. Ia membelalakkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kini. Ia memejamkan matanya, untuk sekadar meyakinkan bahwa itu bukan halusinasi. Ia kembali membuka matanya, dan beberapa kali mengerjab. Dan ternyata…ia masih disana.
Jeje menatap keduanya bergantian dengan bingung.
Firly yang pertama kali tersadar, membuka mulutnya.
“Kim, is that you?” tanyanya dengan suara lirih.
Annabel masih terdiam, namun kini matanya berkaca-kaca.
“O-oppa….”
Firly berlari kearah Annabel, dan tanpa ragu ia memeluknya sangat erat.
Firly memeluk Annabel.
Jeje.Arthur.Dan semua murid yang menyaksikan. Terbelalak tidak percaya.

-to be continued-
Created by :
@S4Fanfiction 
Shared by :
@Card_To_S4 

2 comments: